nama adalah doa

aku merasa tubuhku berubah. kulitku halus. perutku membesar. aku aneh, makhluk asing.

[aaaaaoooom]

mereka melihatku seolah aku mewakili semua perempuan. seolah aku satu-satunya makhluk dengan pengalaman seksual. mereka tak tahu bahwa aku begitu lelah dengan dunia. biarkan tanya-tanya itu.

tentu saja aku amat mencintaimu. kulihat perut gendutku. perut alien. kau di dalam sana. dalam tubuhku. dibalik kulit dan daging itu, dan entah apa lagi. mungkin kau lebih tau.

kita terlalu menyatu, anakku. aku gerakmu, kamu debarku. kalau saja aku bisa memegang tangan mungilmu. kalau saja aku bisa mengeluarkanmu, begitu saja. supaya aku tahu sebesar apa kau sebenarnya. supaya aku tahu sepanjang apa rambutmu yang selalu membuatku gatal di dalam itu tanpa aku bisa berbuat apa-apa untuk mengatasinya. aku berada di atas mercusuar.

[mmmmmoooaaa]

kalau saja kau tahu betapa waktu di dunia luar ini berjalan begitu cepat. tidak, begitu lambat. entahlah, aku jadi tak yakin.

kalau saja, aku ingin memberitahumu, bahwa kau tak sendirian. aku tak akan membiarkan apapun melukaimu, menyakitimu.

payudaraku sakit. aku meremas tanganku sendiri.

kamu begitu indah bagiku. tak kan kubiarkan mereka menentukan jenis kelaminmu.

haha, aku ingin melihat warna kulitmu. tak kan kubagi kau dengan orang lain. tentu orang-orang akan menebak siapa yang menyumbang gen ke dalam ciptaan ini. mata siapa ini, hidung siapa, bibir siapa, tawa siapa.

[hhheeeehhhh]

kamulah yang terbaik.
kamu ingin dilahirkan di buaian siapa, ranjang siapa, rumah sakit mana, negara apa?

sepertinya, sekarang cuma kamu yang kubutuhkan dalam hidup ini. ah, lamat waktu merayap. tidak seperti kipas-kipas angin di sini.

kamu adalah rahasiaku.
anakku, tadi aku merokok. aku merasa sangat kering sekarang. aku adalah virus.

aku membisikimu bahwa aku berenang. aku membayangkan dirimu tergolek. aku mendengarkan kegelapan dan mencecap getaran-getaran frekuensi rendah.

tak kan kubiarkan mereka menghitung jari-jarimu. anakku, oh, aku belum beli delapan ratus selimut.

anakku, ini adalah perang. aku memejamkan mata dan menengadah. aku mencoba bernapas seperti bernapas untuk pertama kalinya.

aku tidak tahu apa itu roh. aku tidak mengerti batas nyawa. aku akan mengajarimu berdoa.
bagaimana kau ingin dilahirkan? haruskah mereka menarik kepalamu, kakimu atau biarlah mereka membelah perutku?

anakku, selamat lahir, selamat dilahirkan. silakan lempar dadu. aku akan menjadi dotmu. aku akan mengenalkanmu pada ayah biologismu, jika ia ada di sana pada waktunya. aku akan menjadi penerjemahmu untuk beberapa waktu.

delhi, 10-11 oktober 2009

manifest you

i cry
you’re not here
i cry so loud
that my eyes swell
i cry so loud
that i run out of tissue
i cry so bad
i’m sweating
i cry so depressively
that i lost my breath
i cry on top of my lungs
that i feel like laughing
i cry on thom yorke’s bedside
i feel naked
i cry deliberately
i like to know that i’m really crying
i keep crying
coz i like my salty tears
i cry in different manners
that the walls of my room are breaking down
i cry for all the bad things in the world
i’m going to say something
i concentrate on my crying
and i don’t need anything else
i cry so long
i miss you so much

i cry so creatively
i’d bribe god so that i can see you

i cry with all my soul
i see my whole life in front of me
i cry so loud
that i forgot why i cried
i cry to death
i’m still noone

gugur, tewas, mati, wafat

jam sebelas malam itu, ia berteriak, dan ibu mertuanya langsung menghampirinya di kamar mandi. ia masih berteriak. teriakan yang perih, disertai kebingungan, kepanikan dan penyesalan. ia mendapati calon bayinya berupa gumpalan darah, benda seberat kira-kira setengah kilo. setengah kilo seperti sebuah apel, seperti botol kopi. setengah kilo yang berarti separuh nyawanya.

calon bayi itu berumur 10 minggu. ia enggan memanggilnya calon bayi karena ia pesimis, dan toh pada akhirnya ia tidak mendapatkannya. pada suatu hari ia merasa bahwa ia tidak mengandung. sesuatu itu berhenti memberinya rangsangan mual yang biasanya muncul tiap hari. rutinitas itu terhenti. ia tak tahu ada apa di dalam sana, di bawah lapisan kulit, lemak dan daging di perutnya. ia menggeleng.

empat minggu kemudian ia memutuskan untuk memeriksa kandungannya.ia enggan memanggil bagian tubuhnya itu kandungan, karena ia sadar itu hanya akan berarti bila ia benar-benar mengandung. dan ya, terbukti, benda itu sudah tidak menunjukkan aktivitas. bila ia j(c)abang bayi, atau manusia, ia sudah tidak bernyawa. dokter memberitahunya, dan suaminya, bahwa operasi akan dilaksanakan keesokan harinya, pagi. benda itu tak lagi dibutuhkan untuk tetap ada di dalam tubuhnya. ia akan menjadi penyakit. ia sampah yang tak terpaut pada apa-apa.

operasi itu tidak dilaksanakan. tubuhnya mempunyai mekanisme untuk mengeluarkan benda asing. benda itu keluar begitu saja, tanpa pisau bedah atau apa. mbrojol. bersamaan, keluar juga teriak dan tangisnya. ia tak menemukan kata untuk menjelaskan sensasi aneh yang melintasi terowongan rahimnya.

mereka, mereka yang masih kuasa berpikir dan mengambil tindakan, membersihkan dan membungkus ‘gumpalan darah’ itu dengan kain. jelas mereka akan membuangnya, tanpa ritual. mungkin dengan doa masing-masing mereka. segenap benang tradisi dan adat dan leluhur yang melilitinya seperti kepompong, tak berdaya. terpisah jeda ruang.

new delhi, musim panas 2010